Kumpulan Puisi Karya Sapardi Djoko Damono (Bagian 1)

Jumat, 07 Januari 2011

AKU INGIN
Oleh :Sapardi Djoko Damono
 

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
 






Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada


AIR SELOKAN
Oleh :Sapardi Djoko Damono

"Air yang di selokan itu mengalir dari rumah sakit," katamu pada suatu hari minggu pagi.  Waktu itu kau berjalanjalan bersama istrimu yang sedang mengandung
-- ia hampir muntah karena bau sengit itu.
Dulu di selokan itu mengalir pula air yang digunakan untuk memandikanmu waktu kau lahir: campur darah dan amis baunya. Kabarnya tadi sore mereka sibuk memandikan mayat di kamar mati.

Senja ini ketika dua orang anak sedang berak di tepi selokan itu, salah seorang tiba-tiba berdiri dan menuding sesuatu:
"Hore, ada nyawa lagi terapung-apung di air itu -- alangkah indahnya!"
Tapi kau tak mungkin lagi menyaksikan yang berkilau-kilauan hanyut di permukaan air yang anyir baunya itu, sayang sekali. 
 
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,1982
 

AKULAH SI TELAGA
Oleh :Sapardi Djoko Damono

akulah si telaga: berlayarlah di atasnya;
berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yang menggerakkan bunga-bunga padma;
berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;
sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja
-- perahumu biar aku yang menjaganya
  
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,1982
 

ANGIN, 1
Oleh :Sapardi Djoko Damono

angin yang diciptakan untuk senantiasa bergerak dari sudut ke sudut dunia ini pernah pada suatu hari berhenti ketika mendengar suara nabi kita Adam menyapa istrinya untuk pertama kali, "hei siapa ini yang mendadak di depanku?"
angin itu tersentak kembali ketika kemudian terdengar jerit wanita untuk pertama kali, sejak itu ia terus bertiup tak pernah menoleh lagi
-- sampai pagi tadi:
ketika kau bagai terpesona sebab tiba-tiba merasa scorang diri di tengah bising-bising ini tanpa Hawa 
 
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,1982
 

ANGIN, 2
Oleh :Sapardi Djoko Damono

Angin pagi menerbangkan sisa-sisa unggun api yang terbakar semalaman.
Seekor ular lewat, menghindar.
Lelaki itu masih tidur.
Ia bermimpi bahwa perigi tua yang tertutup ilalang panjang
di pekarangan belakang rumah itu tiba-tiba berair kembali.
 
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,1982
 

ANGIN, 3
Oleh :Sapardi Djoko Damono

"Seandainya aku bukan   ......
Tapi kau angin!
Tapi kau harus tak letih-letihnya beringsut dari sudut ke sudut kamar,
menyusup celah-celah jendela, berkelebat di pundak bukit itu.
"Seandainya aku . . . ., ."
Tapi kau angin!
Nafasmu tersengal setelah sia-sia menyampaikan padaku tentang perselisihan antara cahaya matahari dan warna-warna bunga.

"Seandainya  ......
Tapi kau angin!
Jangan menjerit:
semerbakmu memekakkanku.
 
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,1982
 

ATAS KEMERDEKAAN
Oleh :Sapardi Djoko Damono

kita berkata : jadilah
dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut
di atasnya : langit dan badai tak henti-henti
di tepinya cakrawala
terjerat juga akhirnya
kita, kemudian adalah sibuk
mengusut rahasia angka-angka
sebelum Hari  yang ketujuh tiba

sebelum kita ciptakan pula Firdaus
dari segenap mimpi kita
sementara seekor ular melilit pohon itu :
inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah
 
Horison
Thn III, No. 8
Agustus 1968
Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air
 

BERJALAN KE BARAT WAKTU PAGI HARI
Oleh :Sapardi Djoko Damono

waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari matahari mengikutiku di belakang
aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan
aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang
aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan
 

BUNGA, 1
Oleh :Sapardi Djoko Damono

(I)
Bahkan bunga rumput itu pun berdusta.
Ia rekah di tepi padangwaktu hening pagi terbit;
siangnya cuaca berdenyut ketikanampak sekawanan gagak terbang berputar-putar di atas padang itu;
malam hari ia mendengar seru serigala.
Tapi katanya, "Takut?  Kata itu milik kalian saja, para manusia. Aku ini si bunga rumput, pilihan dewata!"

(II)
Bahkan bunga rumput itu pun berdusta.
Ia kembang di sela-selageraham batu-batu gua pada suatu pagi, dan malamnya menyadari bahwa tak nampak apa pun dalam gua itu dan udara ternyata sangat pekat dan tercium bau sisa bangm dan terdengar seperti ada embik terpatah dan ia membayangkan hutan terbakar dan setelah api ....
Teriaknya, "Itu semua pemandangan bagi kalian saja, para manusia!  Aku ini si bunga rumput: pilihan dewata!"
 
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,1982
 

BUNGA, 2
Oleh :Sapardi Djoko Damono

mawar itu tersirap dan hampir berkata jangan ketika pemilik
taman memetiknya hari ini; tak ada alasan kenapa ia ingin berkata
jangan sebab toh wanita itu tak mengenal isaratnya -- tak ada
alasan untuk memahami kenapa wanita yang selama ini rajin
menyiraminya dan selalu menatapnya dengan pandangan cinta itu
kini wajahnya anggun dan dingin, menanggalkan kelopaknya
selembar demi selembar dan membiarkannya berjatuhan menjelma
pendar-pendar di permukaan kolam
 
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,1982


14 komentar:

jim waluyan mengatakan...

terima kasih atas puisi-puisi imajinatif dari Prof Sapardi :-)

Mr.Sumbang mengatakan...

sip.. sip..
thank's ea kunjungan'nya.. salam kenal N' damai sepanjang masa :-)

Anonim mengatakan...

simple tp sangat bermakna.

kurnia sandy putranto mengatakan...

puisinya bagus.
pas banget di jadiin musikalisasi puisi di sekolah.

Unknown mengatakan...

cerdas....dalam... imajinatif dlm kata...salut...spontanitas.

Unknown mengatakan...

dalem banget. mampu membangkitkan suasana jiwa....

binder jeans mengatakan...

Pak Djoko, puisi2nya bagus dan menginspirasi terutama soal mencintai dengan sederhana.

merpati bersayap satu mengatakan...

luar biasa .
menginspirasi.

Unknown mengatakan...

Subhanallah ;) sastra itu indah {}

gina mengatakan...

Sastra dan karya sapardi mengagumkan...

Lukman Halim mengatakan...

Sy sll terkenang puisi orang gula.karya yg mengenalkan sy thd sdd. Sungguh luar biasa dl merangkai kata....

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Puisinya bagus banget, jangan lupa kunjungi blog saya ya di asfarinaaulia.blogspot.com

Unknown mengatakan...

trims. ikut baca puisinya, untuk mencerdaskan anak bangsa

Posting Komentar

 
 
 

Pengikut

free counters

Archives